Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Fakta Mengenai Konflik Rohingya dan Myanmar


Ratusan ribu mengungsi, ribuan rumah dihancurkan, ratusan jiwa meninggal dalam seminggu dan puluhan masjid dibakar. Rohingya bukan satu-satunya komunitas Muslim yang di usir dari kampungnya. Bahkan dulu Rasulullah dan pengikurnya diboikot dan diusir dari Mekkah menuju Madinah tanpa membawa harta apapun. Sejarah mencatat, umat Muslim Spanyol pasca runtuhnya kerjaan Dinasti Andalusia dan dibawah pengaruh raja Ferdinan mengusir semua orang yang tidak ingin masuk kedalam agama Kristen. Palestina menjadi sejarah pengusiran baru di era modern. Setelah itu juga tercatat peristiwa pengusiran Muslim Bosnia oleh Rusia, pengusiran Muslim Afrika Tengah oleh militan Kristen dan kini pengusiran etnis Rohingya oleh pemerintah dan pemeluk Budha. Berikut, 5 fakta mengenai konflik Rohingya dan Myanmar.

1. Asal-Muasal

Sebenarnya Rohingya adalah sebutan dari dan untuk para penghuni Rakhine. Istilahnya lahir pada tahun 1950an yaitu beberapa tahun setelah kemerdekaan Myanmaar 1948. Mereka adalah penduduk di perbatasan Banglades-Myanmar yang tinggal di wilayah yang dulunya merupakan Kerajaan Arakan, wilayah paling Barat Myanmar, sejak abad ke-15. Jadi jika dikatakan mereka adalah pendatang baru maka itu tidak benar, karena sebelum negara Myanmar berdiri mereka sudah meneap disana jauh-jauh hari.

Orang Rohingya bisa juga disebut masyarakat tanpa negara. Di Myanmar, mereka cuma dibolehkan tinggal di kawasan Rakhine tanpa diakui sebagai warga negara. tidak mungkin juga mereka nyebrang ke Bangladesh karena dari lahir tinggal di Rakhine. Selain itu warga Rohingya juga dilarang cari kerja, bersekolah, menikah, dan hak-hak dasar lain yang biasa diperoleh warga negara. Karena itu, wilayah Rakhine termasuk area paling miskin dan terbelakang di Myanmar. [GenMuda]

2. Asal Muasal Konflik

Asal mula konflik rohingya sebenarnya sudah sangat lama. Mereka terdiskriminasikan dari segi budaya, sosial dan politik. Mereka juga tidak mendapatkan hak sebagai warga negara dan bahkan dibenci dari sisi agamis.

Pembantaian ini di awali dari fitnah yang disebarkan. Dimana dikatakan bahwa tiga pemuda Muslim telah membunuh dan memperkosa seorang wanita berusia 26 tahun.

Faktanya perempuan itu diperkosa dan dibunuh oleh pacarnya bersama beberapa gang pemuda Budha Rakhine. Pembunuh itu kemudian meletakkan mayat gadis itu di dekat desa Muslim. Kemudian orang-orang Budha Rakhine dan Quaffer Burma (Otoritas Myanmar) menuduh bahwa orang-orang Muslim membunuh perempuan itu. Akibatnya, tiga pemuda Muslim yang tidak bersalah ditangkap. [Tarbawia].


Nah, kalau sudah begini dan muncul kelompok-kelompok perlawanan lalu siapa yang salah. Apa mereka juga disebut teroris karena membela haknya?

4. Dalang Pemicu Konflik

Tragedi pembantaian dan pengusiran etnis Rohingya dari Myanmar mengingatkan publik dengan satu nama. Ya, dialah Ashin Wirathu, Biksu Buddha yang disebut sebagai penggerak kaum Buddha di Myanmar untuk menyerang Rohingya.

Ashin Wirathu adalah pimpinan kelompok kontroversial 969 dan organisasi Ma Ba Tha yang keras terhadap komunitas Muslim Myanmar. Sebelumnya, dia pernah dipenjara karena dianggap memicu permusuhan keagamaan. Kelompok 969 rajin menyebar rumor soal biadabnya kaum muslim dan tuduhan menyesatkan ini. Atas kelakukannya, Wirathu dilabeli banyak media sebagai 'Buddhist Bin Laden'. Selain itu banyak Masjid yang dihancurkan oleh tangan-tangan 969 ini. Kelompok ini bergerak progresif menyerukan warga Buddha agar  tidak melakukan jual beli dengan Muslim. Mereka juga menandai setiap toko milik umat Buddha dengan stiker.
Ingat! tidak semua orang yang menyeru untuk mengasihi manusia adalah para pengasih. Walapun begitu kita juga tidak menjeneralisir bahwa agama Budha mengajarkan seperti itu, itu hanyalah ulah oknum saja. Sama saat seperti ada oknum muslim yang meneror orang. Jangan salahkan agamanya, tapi salahkan orangnya.
Tokoh lain yang muncul dalam konflik ini adalah Ang San Suu Kyi, penerima Penghargaan Nobel Perdamaian atas perjuangannya dalam memajukan demokrasi di negaranya tanpa menggunakan kekerasan dalam menentang kekuasaan rezim militer. Serta juga perdana menteri Myanmar dibawah kepemimpinan Htin Kyaw.

Walaupun memperoleh Nobel perdamaian, ia tanpak bisu mengenai konflik Myanmar. Aung San Suu Kyi pun tidak pernah mengakui bahwa etnik muslim Rohingya menjadi korban pembersihan etnik, walaupun puluhan ribu orang Rohingya terpaksa mengungsi setelah rumah mereka dibakar di tengah laporan adanya pembunuhan dan kekerasan seksual. [BBC]

5. Cintanya Pengungsi Rohingya Kepada Rakyat Aceh

Indonesia juga ambil andil dalam kasus konflik ini, khusus Aceh. Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi favorit yang mau dengan sepenuh hati menampung pengungsi-pengungsi Rohingya. Sejak awal tetibanya mereka di Aceh, masyarakat berombong-rombong berkunjung dan memberikan sumbangan suka rela. Sehingga banyak pengungsi Rohingya yang kepincut kebaikan masyarakat Aceh serta ingin betah berlama-lama disini. Mereka hanya ditampung sementara untuk melanjutkan ke negara-negara yang dituju seperti Australia dan Amerika. 

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/